For All The Gorgeous People In The World

Welcome to my stories. Here I wanna share you all about the stories that I have. It depends on the situation, and it depends on the labels. It can be my own story, it can be like an unreal story, and it may be Your story here. Just enjoy reading it-----> It's absolutely just for fun, don't take it too serious, make it simple, easy, interesting and enjoying for you. Love -@novialuciana

Minggu, 10 April 2011

Jangan Pernah Meninggalkan

Aku sedang sungguh-sungguh merenungi nasibku. Melihatnya dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dan masih berharap akan ada jalan keluar terbaiknya. Aku tahu mungkin ini hukuman bagiku karena menjadi pribadi yang egois. Bahkan mungkin aku satu-satunya wanita sombong yang berani mencintai kelebihanmu, hanya kelebihanmu, dan sangat menutup mata dengan sisi kekurangan yang engkau berusaha perlihatkan kepadaku. Ahhhh...akhir-akhir ini nafasku tampak begitu berat, kalau dipersilahkan untuk berlebihan, aku akan mengibaratkannya seperti sedang menghirup udara dengan berat lebih dari 100 tons. Mataku seperti hanya menatap kosong, kau tidak akan pernah melihat cahaya lagi, binar itu sekarang memudar sayang. Aku tak mampu hidup seperti ini...

Begitulah kira-kira apa yang ada dalam pikiran Marsha. Tak satupun dapat menjangkaunya, hanya Tuhan yang bisa.

Ini bukan pertanda dari hari akhir kan? Atau aku sendiri yang sedang merancang hari akhirku, entahlah. Menemukanmu dengan cinta yang lain mungkin tak akan pernah seburuk ini rasanya, dan aku kira itu bukanlah yang terburuk dari semua yang paling buruk. Kau benar-benar mukjizatku. Aku melupakanmu.

"Saya ini lebih parah dari anda lho mba Marsha, saya telah membunuh diri saya sendiri."kata seseorang di toko buku.

"Maaf?"

"Anda Marsha Salsabila penulis novel kisah nyata itu kan?"katanya lagi dengan senyum tulus.

"Yahh, begitulah, saya malah tidak pernah bangga mengeluarkan buku itu nyonya." Dari seluruh perhiasan dan riasan yang dia kenakan, sepertinya memang dia sudah menikah, lebih tepatnya seumuran ibuku.

"Jangan menyerah dengan cinta anda mba Marsha, saya mohon, dia membutuhkan anda."

"Bagaimana Anda tahu? Anda mengenal lelaki saya tidak."aku tersenyum kecil, sungguh menguatkan kata-kata ibu ini.

"Saya tahu Anda sangat mencintainya dari setiap kata-kata yang anda rangkai dalam buku novel anda. Dan hati kecil saya berkata bahwa Anda sangat tulus mencintainya."

"Tapi dia tidak mencintai saya nyonya."

"Anda salah, dia mencintai Anda dengan cara yang lain cara yang tidak akan pernah Anda tahu. Demi Tuhan, bukalah mata Anda mba Marsha, untuk apa dia tetap bertahan bersama Anda jika bukan karena satu alasan pasti bahwa ia sangat takut kehilangan Anda, dan lebih memilih mencintai Anda seperti ini daripada ia harus meninggalkan anda."

"Terima kasih telah menguatkan saya. Saya menghargai pendapat Anda." Aku segera bergegas akan meninggalkan nyonya itu, tapi tangannya menghalangiku.

"Mengapa Anda masih tidak yakin dengannya?"

"Saya...hanya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, saya rasa saya telah membuatnya sedih, saya telah melukai hatinya."

"Kalau begitu, sentuh hatinya lagi saja, dan kali ini dengan cinta yang lebih besar."kata nyonya itu.

"Saya sudah berusaha, namun sepertinya lebih buruk nyonya, saya ingin menyerah saja. Terima kasih sarannya."

"Anda keberatan jika harus mendengarkan kisah saya?"

"Tentu nyonya." Kami memutuskan untuk pergi ke cafe sebelah toko buku ini, dan duduk dengan nyaman di sofa sudut cafe. Mungkin aku sedikit gila atau bagaimana, aku biarkan isi hatiku terbaca jelas oleh nyonya asing ini, atau mungkin tidak terlalu asing, aku seperti pernah melihatnya, namun entah dimana.

"Saya pernah mencintai seorang lelaki berhati malaikat. Saya rasa saya terlalu berani mencintai orang yang tak pantas jika bersanding dengan saya. Semua kesempurnaan hidup yang ia punya, membuat saya seperti orang yang sangat bodoh karena sekali lagi saya menjatuhkan hati saya untuknya. Perkenalan yang begitu singkat, dan perjalanan cinta kami yang penuh dengan ketidakpastian membuat saya terus bertanya-tanya dalam hati, apakah dia benar-benar menginginkan saya, atau hanya ingin bersenang-senang saja bersama saya. Saya mulai jenuh dengan segala ketidakpastian ini, saya mulai bertanya padanya kapan dia akan menikahi saya, dan jawaban yang sangat menyakitkan hati saya, ia berkata : "aku yang tak pantas bersanding denganmu wahai nona yang cantik jelita. aku sedang sekarat dan sakit parah." Saya sangat hancur ketika mendengar dia sedang sakit parah, dan bodohnya saya ketika saya benar-benar pergi meninggalkannya di saat dia sedang sekarat. Perpisahan dengannya tidak membuatku dengan mudah melupakannya, tiga tahun berlalu begitu berat, saya merasa sangat kosong dan hampa, saya sudah hancur. Lalu mata batin saya terbuka lebar, seharusnya saya mendampinginya ketika ia sekarat, bukannya malah pergi menjauh darinya karena seperti tidak bisa menerima penyakitnya. Saya pergi mencarinya dan pada akhirnya setelah sebulan penuh mencarinya..."

Nyonya ini seperti menahan air matanya, mendadak suaranya lirih, bibirnya terkatup, tertunduk, dan air matanya tumpah membasahi pipinya yang masih merona. Sangat iba melihatnya, aku memberinya selembar tissue dari dalam tasku, dan terdiam.

"Maaf membuat Anda terjebak dalam curhatan hati saya mba Marsha..."

"Tidak masalah nyonya, Anda bisa melanjutkan kisah Anda kapanpun Anda siap nyonya, aku menunggu."kataku kemudian, aku mulai tertarik dengan setiap kata-kata cerita yang ia rangkai.

"Baiklah...saya lanjutkan. Dia ternyata sudah setahun lebih meninggalkan dunia ini, dan saya merasa bersalah karena surat terakhir yang ia titipkan kepada teman prianya berisi : "aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, aku berjuang sembuh hanya untukmu, dan ketika aku telah sembuh dari sakitku, aku tahu bahwa aku tak akan pernah bertemu denganmu lagi, oleh karena itu aku meminta Tuhan untuk mengambilku saja dan meminta-Nya menjagamu dengan siapapun kau bersanding nanti. Aku mohon, kenanglah aku sebagai seseorang yang berarti dan pernah membuat pelangi kecil dihatimu." Begitulah kira-kira kisah saya, dan inilah mengapa saya yakin Anda mampu menemaninya, mampu menemani hidupnya saat sehat maupun sakit. Dan dia memang sangat mencintai Anda, percayalah Marsha."kata nyonya itu lagi.

"Terima Kasih nyonya, kisah Anda sungguh menyentuh hati saya, dan sangat menguatkan saya."

"Pergilah sekarang Marsha, temui dia, genggam tangannya dan katakan padanya bahwa kau akan selalu ada bersamanya dikala sakit ataupun sehat, biarkan dia tahu bahwa ada yang masih mencintainya meski dia sedang sakit sekalipun, jangan buat dirimu menyesal dan merasa bersalah seperti saya ini."

Entah mengapa kisah nyonya itu telah menggugah hatiku, membuatku sangat yakin bahwa aku memang harus ada untuknnya. Aku seakan berlari sekencang-kencangnya ke arah lelakiku. Dan memeluknya erat sambil berkata...

"Wahai lelaki yang baik hatinya, yang mulia dijalan Allah SWT, aku janji aku akan selalu ada untukmu di saat senang dan susah, saat kau sakit atau kau sehat, dan mencintai kekuranganmu lebih di atas segala kelebihan yang kau punya. Demi Allah, mulailah jujur kepadaku atas semua yang terjadi padamu. Aku mencintaimu karena Allah SWT."

Aku hanya mendapatkan belaian hangat dari tangannya di kepalaku, ia tersenyum dan kembali memelukku dengan hangat, dan bagiku itu adalah jawaban yang sangat cukup darinya. Aku bahagia.