For All The Gorgeous People In The World

Welcome to my stories. Here I wanna share you all about the stories that I have. It depends on the situation, and it depends on the labels. It can be my own story, it can be like an unreal story, and it may be Your story here. Just enjoy reading it-----> It's absolutely just for fun, don't take it too serious, make it simple, easy, interesting and enjoying for you. Love -@novialuciana

Sabtu, 22 Oktober 2011

HELLO FELLAS

WOULD YOU PLEASE TO FOLLOW MY BLOG IF YOU DO LIKE IT. ALSO VISIT MY TUMBLR ---> luciana.tumblr.com | Enjoy my writing!! Thank You *heart you all* :)

Jumat, 21 Oktober 2011

AL

Call him Al. 27th years old wise mature man, he was the only one who can make me think that I can stand up correctly above my feet. Yeaahh, he was, because exactly he is no longer existed in my life, he’s gone away, but with a good memorable time together, he is a perfect man for me. Nobody knows who is he. Even my best friends, I was only describe him in a short-listed words, but it represented everything. I never ask God to meet him and then in a short time saying goodbye with the most glorious tears I’ve ever made, emmm…no idea of it! He stayed here deep in my heart only less than 3 years, after all and after I became a colleger, he was gone with one only the most beautiful and meaningful word.

My dear, I will never forget this time when God meets us in this complicated life, only with you I can share this laugh widely, only with you I can cherish a younger sister like you, well maybe we’re not meant to be a couple, but we’ve painted the most beautiful story of our brotherhood and we made all the people even the angels so envy to us. My word for you, only be yourself, stand up exactly above your own feet, believe that you can live without rely on the other people. Here, I pray for you, here I ask God to give you a beautiful life and the perfect man as your mate. Love from me, your unforgetable brother,
AL

I was just smiling with the most glorious tears, and said to God, “Dear God, keep him save!”
By the way, I’m Jasmine. Over than 3 years ago, I dreamed can say this name Jasmine Al, but now, only Jasmine…Jasmine.

Taken From : http://luciananovia.tumblr.com/  (26 September 2011)

Cerita yang Tak Pernah Usai

Aku kembali lagi di sini, tempat yang kusukai, tempat dimana aku melihat kebersamaan penuh cinta dimata mereka.

Melihat-lihat sekeliling, siang yg terik ini begitu menggodaku untuk membeli segelas jus jeruk. Aku angkat badanku dari kursi keras ini, menyusuri ruang lingkup stasiun perlahan-lahan. Aaahhh…banyak yang membuatku mengucap syukur dan merasa malu, sungguh aku tak pantas berjalan begitu angkuh di depan mereka, karena yang kupunya hanyalah barang hasil “dibelikan” aahhhh.

Manusia-manusia mulia berbaju biru dan oranye ini sedikit menggelitikku untuk mengamati mereka lebih jauh lagi. Para asongan yang tak kenal lelah dan seperti berkata “Selama datang di rumah kami” ketika para pengunjung tiba. Di sudut utara ada bapak2 tua membawa majalah-majalah dan koran-koran berpuluh-puluh buah sembari berkata “ini majalah kebayaa, ini majalah muslim” tapi aku rasa itu hasil terjemahanku saja, beliau bisu- Ya Tuhan, terima kasih aku masih bisa berteriak sekeras-kerasnya.

Disudut selatan sana, tepat di pintu masuk ada beberapa bapak-bapak berebut bertanya pada para calon penumpang, “Mari saya bawakan barangnya.” Ketika mereka berhasil mendapatkan kesempatan itu, mata mereka berbinar cerah, namun ketika yang lain belum beruntung aku hanya mendengar helaan nafas panjang mereka, “Ya Tuhan, terima kasih aku tak harus susah payah seperti itu untuk mempunyai uang dan hanya untuk makan tiga kali setiap hari.”

Pandanganku kabur, seorang wanita lanjut usia dengan tatapan sayunya menyodorkan seplastik salak pondoh, “Mba, ini mbuk dibeli salaknya simbah yaa.” Meski ia tak menceritakan keluh kesahnya, aku sudah tahu pastii ia ingin aku membelinya. Aku lihat uang di dompetku, hanya tersisa 50ribu rupiah, yahh…aku tak butuh salak saat ini. Bagaimana ini Tuhan? Beberapa menit kemudian ada segerombolan ibu-ibu menyerbu simbah tadi, dan ia melihatku dengan tersenyum. Dalam hatiku : “Alhamdulilah Ya Allah, masih ada yang mau beli.” Sekali saya masih bersyukur, tapi juga merasa malu :(

Tidak berapa lama, head office stasiun ini mengumumkan bahwa kereta argo wilis sudah datang dan berada di jalur 3. Betapa terkejutnya aku ketika melihat semua orang berlarian (baca: kuli panggul) mereka berebut memasuki kereta api, tidak tua tidak muda, yang pasti para kuli panggul itu berebut membawakan barang-barang kami semua sebagai penumpang, dengan upah yang tidak seberapa, kata salah satu dari mereka : “yang penting bisa makan”

Sembari mengikuti keluargaku menuju gerbong tiga kereta api argo wilis aku terus menatap mereka. Yang dilakukan mereka sungguh membuatku berdecak kagum, Tuhan mereka hanya butuh makan 3x sehari saja harus sekeras itu mendapatkan uang, sedangkan aku bisa kapan saja makan tanpa harus peduli akan habis uang yang aku punya ini. Tuhan, mengap pemerintah kami yang di atas hanya sibuk memperkaya diri? Sementara dibawah mereka jauh sekali, ada orang yang tidak bisa makan 3x sehari. Tunjukkan pada mereka Tuhan, buka mata mereka. Aku rasa mereka harus mengganti jadwal liburan ke luar negeri mereka dengan liburan setengah hari saja di tempat umum seperti itu.

Kereta ini sudah meluncur begitu cepat menuju kota kembang, dan aku tahu ada kisah lain menanti di stasiun sana.

(Taken From : http://luciananovia.tumblr.com/ (24 Juni 2011)

Quote Post

Love is God, Love is Me, Love is U, Love is Us, n Love is Ours. We’re great Mates-Novia Luciana

STASIUN

“Tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi meski harapan membumbung tinggi sekali.”
Pagi buta, pukul 2.00 dini harii. Aku dan ayahku menginjakkan kaki di stasiun tugu jogjakarta. Pertama kalinya kami pergi tanpa ibuku dan kakak perempuanku, hanya demi satu misi dan harapan. Kupikir hanya akan ada segelintir orang disini, suasananya sepi, sunyii, senyap, seperti tak ada kehidupan. Kami menyebrangi kereta demi kereta yang terdiam membisu tak terpakai, mereka sedang beristirahat sementara waktu nampaknya. Aku berusaha berjalan perlahan, supaya suara sepatu high heelsku tak membuat gaduh tempat ini. Ku longok setiap lorong kereta ini, gelap, diam, dingin, dan terlelap. Ayahku berjalan cukup cepat, membuatku sedikit tergopoh2 mengikuti beliau dibelakangnya. Tak tega aku melihatnya membawa satu tas ransel besar dipunggungnya, namun cukup terharu ketika tahu bahwa beliau masih mau mengantarku pergi seperti dulu beliau mengantarku ke Taman kanak-kanak. Aahh, betapa aku bersyukur memiliki mereka, dan semuanya.

Setelah berhasil melewati 2 gerbong kereta api yang melintang, kami segera menuju ruang tunggu. Ooohh, okayy, tak sesunyi yang kubayangkan, masih ada beberapa orang yang sepertinya punya tujuan sama denganku, menunggu kereta. Rupa mereka unik-unik dan lucu-lucu. Di satu sudut ada segerombolan para lelaki baik tua atau muda yang terlelap sambil bersedekap, disisi lain ada kumpulan wanita-wanita dengan anak-anak mereka, ada yang sedang berusaha menidurkannya, ada yang mengajak mereka jalan-jalan mengelilingi stasiun, dan ada pula yang tertidur dipundak suaminya sambil memegangi tas bawaannya. Dan sepertinya mereka semua terbangun mendengar langkah kakiku yang tergopoh-gopoh. Yaahh, maafkan aku. Kalau aku tidak sedang mengejar sesuatu, aku pasti akan menggunakan flat shoes yang nyaman, bukan high heels lima centimetre yang sedikit menyiksa kakiku, ditambah lagi aku terlihat seperti ibu-ibu. Biarkan aku mendiskripsikan pakaianku saat ini. Baju resmi senada dengan celana kain panjang berwarna cream dan ditutupi dengan jaket tebal warna hitam, sebagai aksesoris tambahan, kacamata bingkai perak yang sudah terkelupas-aku sedang malas memakai lensa kontak, kerudung warna putih simple, highheels lima senti keemasan yang menawan, dan satu tas selempang warna abu keperakan. Well, hello mother-mother, tapi aku lebih senang disebut seperti wanita muda karir, wanita karir muda, apalah itu sebutannya.

Aku longok jam monol putih ditangan kiriku, masih pukul 2.15 dini harii, kurang lebih lima belas menit lagi kami akan berangkat menuju kota pahlawan, mengadu nasib disana, sangat berharap bahwa Tuhan mengatur rejekiku disana. Ku lihat kanan dan kiriku. Banyak juga yang hanya mengantar sepertinya. Wajah mereka memunculkan ekspresi yang bermacam-macam. Ada yang bahagia karena dijemput sang kekasih, orang tua, saudara, teman, sahabat, atau bahkan orang suruhan kantor. Ada pula yang sedih, entah mengapa. Dan ada pula yang sedang jengkel menunggu dijemput, aku tersenyum simpul saja, mereka semua unik. Kalian tahu mengapa aku suka stasiun? Karena memang disinilah kau akan benar-benar tahu orang-orang yang saling mencintai, orang-orang yang bekerja dengan ikhlas menjadi kuli panggul, dan mereka para asongan yang berjualan. Yang aku lihat hanya ketulusan. Dan aku sedikit memurungkan hatiku, aku tak melihat ketulusan itu menyelimutiku. Dia tak ada untuk mengantarku atau akan menjemputku nanti. Aku sendiri, aku ingin dia yang mengantarku, mengucapkan selamat tinggal diikuti lambaian mesra dan senyum hangatnya sambil berkata “cepat kembali, aku menunggumu.” Atau saat dia menjemputku, melambaikan tangannya dari kejauhan sambil tersenyum senang ketika menghampiriku, membawakan barang bawaanku, memelukku, sambil berkata : “aku merindukanmu.”

Aaahhh, batang hidungnya tak nampak, bau parfumnyapun sepertinya cukup jauh, aku tak melihatnya. Ku lihat lagi jam ditanganku, sudah pukul 3.00 dan saatnya berangkat menuju Surabaya. Tanpa melihatnya.

Pagi hari berikutnya…
Kekecewaan besar sepertinya sedang menikam ulu hatiku. Benar, rasanya seperti sangat terbebani. Aku tak percaya, masih saja gagal. Sekarang ini, aku sedang menunggu dikereta yang akan membawaku kembali ke Jogja. Aku pulang tanpa membawa hasil apapun. Untuk semua orang yang mengharapkanku dan mendoakanku, maafkan aku.

-Sekian-

Taken from : http://luciananovia.tumblr.com/ (17 April 2011)

In The Midnight Spot

Sedikit menyimak apa yang ada di film itu, korea ngga pernah nipu filmnyah :p
Malam itu cuma hanya ada dentuman musik dansa dan hentakan sepasang kaki perkasa ditambah dengan sepasang kaki mungil. Awalnya hanya detak jantung saja yang terdengar, sepasang adam dan hawa ini hanya tersipu malu tak saling pandang namun kaki mereka tetap gemulai indah mengikuti alunan musik dansa tadi.
Sedikit saling pandang beberapa detik, untuk kemudian saling menunduk tak mampu menatap mata satu sama lain.

Mulailah sang gadis bertanya…

Geum Jan Di : “hey kau lee min ho, mengapa kau memilihku ?”

Lee min ho : “kenapa memangnya?”

Geum Jan Di : “aku kan tidak cantik, tidak kaya, ayahku kerja serabutan, aku bukan berasal dari keluarga terpandang, bahkan menarikpun tidak. Sedangkan kau, kau itu tampan, kau pewaris tunggal perusahaan Shinwa yang sudah terkenal di dunia, kau berasal dari keluarga terpandang, dan kau punya segalanya, seharusnya kau bisa memilih yang sepadan denganmu.”

Alunan musik dansa masih saja mengalun, tarian dansa mereka sungguh masih indah walau mereka terlibat pembicaraan serius.  Sedikit menyunggingkan senyumnya, Lee Min Ho-pun menjawab…

Lee Min Ho :”Karena aku sudah punya semuanya, ketampanan, harta, status sosial, semuanya sudah aku dapat, aku sudah dapat kesempurnaan itu. Itulah mengapa aku memilihmu yang jauh tidak sempurna, aku ingin membagi kesempurnaan ini denganmu.”

Jawaban Lee Min Ho cukup membuat Geum Jan Di tersenyum lebar, kinii ia percaya bahwa dialah jodoh yang sebenarnya. Bukan kesempurnaan yang dicari, melainkan ketidaksempurnaan cinta yang mampu membuat cerita cinta itu menjadi jauh lebih indah dan romantis.

Cintailah pasanganmu dengan sempurna, meski kau tak melihat sedikitpun kesempurnaan yang ada didirinya !!!
*sekiiaaann cerita sabtu malam ini*

Taken from : http://luciananovia.tumblr.com/ (6 Maret 2011)

God...It is wonderful !!! And Thank You

One day, one perfect day between yesterday and tomorrow,
I was just feeling guilty if I couldn’t make it again.
So I decided to say “yes” for another little plan with you.
Just simple “ask”…and he just need simple “answer” from me
It will be a good thing if it is a “Yes”…
and of course, it will be the worst, if it is a “Sorry if I could I Would”
Yess…I made it, NO !!! We made it…another fun great day together.
What I loved about a couple days ago was we always share the laugh, and the fun together.
Something that will never couldn’t bought by anything, even money, just share the love and happiness.
For those who always feel alone, look deeply into yourself, you are with yourself, you are with your parents, you are with your family, you are with your best friends, and they are the only one who will make the happiness for you. They worth your SMILE.
Remember, God is so GOOD !!!!! Makes all the best things just for you ;)

Taken from : http://luciananovia.tumblr.com/ (19 Februari 2011)