For All The Gorgeous People In The World

Welcome to my stories. Here I wanna share you all about the stories that I have. It depends on the situation, and it depends on the labels. It can be my own story, it can be like an unreal story, and it may be Your story here. Just enjoy reading it-----> It's absolutely just for fun, don't take it too serious, make it simple, easy, interesting and enjoying for you. Love -@novialuciana

Jumat, 21 Oktober 2011

Cerita yang Tak Pernah Usai

Aku kembali lagi di sini, tempat yang kusukai, tempat dimana aku melihat kebersamaan penuh cinta dimata mereka.

Melihat-lihat sekeliling, siang yg terik ini begitu menggodaku untuk membeli segelas jus jeruk. Aku angkat badanku dari kursi keras ini, menyusuri ruang lingkup stasiun perlahan-lahan. Aaahhh…banyak yang membuatku mengucap syukur dan merasa malu, sungguh aku tak pantas berjalan begitu angkuh di depan mereka, karena yang kupunya hanyalah barang hasil “dibelikan” aahhhh.

Manusia-manusia mulia berbaju biru dan oranye ini sedikit menggelitikku untuk mengamati mereka lebih jauh lagi. Para asongan yang tak kenal lelah dan seperti berkata “Selama datang di rumah kami” ketika para pengunjung tiba. Di sudut utara ada bapak2 tua membawa majalah-majalah dan koran-koran berpuluh-puluh buah sembari berkata “ini majalah kebayaa, ini majalah muslim” tapi aku rasa itu hasil terjemahanku saja, beliau bisu- Ya Tuhan, terima kasih aku masih bisa berteriak sekeras-kerasnya.

Disudut selatan sana, tepat di pintu masuk ada beberapa bapak-bapak berebut bertanya pada para calon penumpang, “Mari saya bawakan barangnya.” Ketika mereka berhasil mendapatkan kesempatan itu, mata mereka berbinar cerah, namun ketika yang lain belum beruntung aku hanya mendengar helaan nafas panjang mereka, “Ya Tuhan, terima kasih aku tak harus susah payah seperti itu untuk mempunyai uang dan hanya untuk makan tiga kali setiap hari.”

Pandanganku kabur, seorang wanita lanjut usia dengan tatapan sayunya menyodorkan seplastik salak pondoh, “Mba, ini mbuk dibeli salaknya simbah yaa.” Meski ia tak menceritakan keluh kesahnya, aku sudah tahu pastii ia ingin aku membelinya. Aku lihat uang di dompetku, hanya tersisa 50ribu rupiah, yahh…aku tak butuh salak saat ini. Bagaimana ini Tuhan? Beberapa menit kemudian ada segerombolan ibu-ibu menyerbu simbah tadi, dan ia melihatku dengan tersenyum. Dalam hatiku : “Alhamdulilah Ya Allah, masih ada yang mau beli.” Sekali saya masih bersyukur, tapi juga merasa malu :(

Tidak berapa lama, head office stasiun ini mengumumkan bahwa kereta argo wilis sudah datang dan berada di jalur 3. Betapa terkejutnya aku ketika melihat semua orang berlarian (baca: kuli panggul) mereka berebut memasuki kereta api, tidak tua tidak muda, yang pasti para kuli panggul itu berebut membawakan barang-barang kami semua sebagai penumpang, dengan upah yang tidak seberapa, kata salah satu dari mereka : “yang penting bisa makan”

Sembari mengikuti keluargaku menuju gerbong tiga kereta api argo wilis aku terus menatap mereka. Yang dilakukan mereka sungguh membuatku berdecak kagum, Tuhan mereka hanya butuh makan 3x sehari saja harus sekeras itu mendapatkan uang, sedangkan aku bisa kapan saja makan tanpa harus peduli akan habis uang yang aku punya ini. Tuhan, mengap pemerintah kami yang di atas hanya sibuk memperkaya diri? Sementara dibawah mereka jauh sekali, ada orang yang tidak bisa makan 3x sehari. Tunjukkan pada mereka Tuhan, buka mata mereka. Aku rasa mereka harus mengganti jadwal liburan ke luar negeri mereka dengan liburan setengah hari saja di tempat umum seperti itu.

Kereta ini sudah meluncur begitu cepat menuju kota kembang, dan aku tahu ada kisah lain menanti di stasiun sana.

(Taken From : http://luciananovia.tumblr.com/ (24 Juni 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar