For All The Gorgeous People In The World

Welcome to my stories. Here I wanna share you all about the stories that I have. It depends on the situation, and it depends on the labels. It can be my own story, it can be like an unreal story, and it may be Your story here. Just enjoy reading it-----> It's absolutely just for fun, don't take it too serious, make it simple, easy, interesting and enjoying for you. Love -@novialuciana

Selasa, 19 Juli 2011

Senyum ini untukmu

Aku lupa aku sedang sungguh sangat marah pada orang yang memang tak memperdulikanku sedetikpun, aku lupa bahwa aku tak cukup punya hak yang nyata untuk mengomelinya ini itu, bahkan untuk sekedar bilang kau sungguh sangat menyebalkan saja aku tak punya hak. Jadilah aku disini terdiam seribu bahasa dengan pikiran campur aduk. Sejak saat itu aku memutuskan untuk mematikan seluruh aksesku menuju dunia maya. Blackberry Messanger, twitter, dan semua social networking yang dulu aku suka, saat ini berubah menjadi momok mengerikan untuk dikunjungi. Kau tahu, kau tak akan melihat facebook-ku, sudah saatnya aku melumpuhkannya sesaat (baca:deactive mode). Yaaaa...ini bukan yang pertama kali memang, puluhan juta kali kau membuatku seperti orang bisu dan seperti orang linglung, kau pesulap luar biasa, dengan sekejap kau mampu menghilangkan separuh bagian dari diriku, sayangnya...kau lupa mantra ampuh untuk mengembalikan itu semua.

"Gina, aku tak bisa menghubungimu lewat bbm, kau sedang apa?"

"Gina, ada apa dengan bbm-mu?"

"Hello Gin, I don't see you exist on your twitter lately, wuzzupp dear?"

Hummffhhhh....aku menghela nafas panjang, tak kukira mereka semua merindukan social networkingku dan bukan aku.  Aku melihat lagi ke arah layar blackberry ditangan kananku, sudah dua hari ini ia lumpuh, atau lebih tepatnya sengaja dilumpuhkan. Baterai yang biasanya sudah ludes dan harus di-charge satu jam sekali ini nampak masih awet saja dari kemarin. Maaf teman-teman, aku hanya bosan dengan semuanya, biarkan aku diam sejenak dan sendiri, kataku dalam hati. Dua hari yang lalu aku masih baik-baik saja, masih tertawa bahagia, masih bisa mentolerir beberapa temanku yang sedang jatuh cinta dan mendadak menjadi sedikit dorky, dan masih bersamanya. Tetapi itu semua berubah dalam hitungan detik saja nampaknya dan hanya karena empat huruf yang terlihat di kolom mention twitter milikku. Arrrgghhhhhh, what a shiiitttttt, pikirku. Aku tak menyalahkanmu atas perbuatanmu untuk berusaha berbuat adil, tapi dengarkan aku, kau tak punya hak untuk berbuat adil sebelum kau membuat keputusan. Dan perlu kau tahu, pikirkan dulu perkataanmu sebelum kau mulai melukai orang lain lagi.

Aku mulai berpikir aku harus keluar mencari udara segar. Aku ingin mencoba hidup sendiri, tolong kali ini aku hanya ingin sendiri. Sebelum ku matikan telepon genggamku, aku mengirimkan satu voice mail kepada ibuku, "Mom, I think I wanna go outside, looking for fresh air yaa, don't seek me, I'm better than okay, but I just wanna turn my phone off." Sent then power off!!!

Berkendara sendirian saja menurutku itu cool, setidaknya bagi cewek labil seusiaku yang biasanya meminta lelaki sang pujaan hati untuk menemaninya. Tidak, tentu saja tidak, aku tak mau selamanya sendiri, aku juga ingin menjadi cewek manja sehari saja seperti mereka kebanyakan. Berkali-kali aku memberi kode rahasia padanya, namun dia tetap tak mau mengerti, katakanlah ia berpura-pura tidak mengerti, baiklah. Jalanan siang ini nampak sedikit lenggang, akan ku arahakan kemana mobil ini? Jujur saja, aku tak pernah berani kemana-mana sendirian. Makan siang? Sendiri? Seperti bencana menurutku. Lalu apa? mencari makanan kecil? Tidak, aku sedang berdiet ketat, hmmmmm....pusat perbelanjaan sepertinya seru, sendirian? Oohhhh...Damn!!! I hate thisss. Baiklah, makan siang di cafe sajalah.

Setengah jam lebih aku berkutat dengan jalan raya menuju daerah perkotaan. Aku sengaja berjalan sekitar 20 kilometer sejam saja untuk memastikan rumah makan yang akan aku tuju tak terlewatkan. Yaaakkk, aku dapat tempat parkir kosong. Segera aku mempercepat laju mobilku, dengan canggihnya aku meng-atret-kan mobilku, parkirnya mulus, asyikkkk!!! Setelah memastikan semuanya terkunci aku mulai masuk ke rumah makan itu, aahhh...banyak yang berpasangan, well...anggap mereka tak ada sajalah. Beberapa pelayan menyambutku dengan ramah sembari berkata, "Untuk berapa orang mba? Oh iyaa, ada menu special hari ini untuk anda dan pasangan anda, waffle coklat stroberi berbentuk hati akan diberikan secara gratis untuk setiap pasangan yang hadir di rumah makan ini, anda mau mengambilnya?"kata pelayan wanita itu dengan lantangnya dan sungguh membuat hatiku yang masih sakit menjadi semakin meremuk. Dengan senyum kecut aku menjawab : "Meja untuk satu orang saja mba, terima kasih." Dan si pelayan wanita tadi seperti mengerti isyaratku saja, ia seketika tak banyak bicara, mengantarkanku ke meja yang masih kosong, memberikan daftar menu, mencatat pesanan singkatku, mengulanginya lagi, dan pergi membuat pesananku. HAH!!! Akhirnya aku tak perlu menjelaskan panjang lebar mengapa aku kesini sendirian. Sebenanya jika ia mau mendengarkanku sebentar saja, ia akan mendapatkan jawaban ini dariku, "Iyaaa, pacar saya sedang sibuk dengan para wanitanya, oouuppsss...." Ha-Ha-Ha, anggap saja aku sedang tidak melucu.

Setiap orang disini sungguh membuatku iri, aku merasa mood-ku tak begitu baik. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Laptop tertinggal di rumah, blackberry mati, well, aku hanhya membawa diriku saja, dannn...satu yang tertinggal, buku novel berjudul "Thousand miles away". Sebenarnya sama sekali aku tak punya hasrat untu membaca tapi aku kira jauh lebih baik aku membaca daripada harus melirik iri mereka yang berpasangan. Ku buka halaman 257 sesuai dengan pembatas buku yang sengaja kuselipkan untuk menandai. Kubaca paragraf demi paragraf, ada satu rangkaian kata-kata yang membuatku tersentuh.

"Tersenyumlah untukku, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, bukan amarahmu. Aku butuh kau percayai, bukan kau curigai. Aku butuh keceriaanmu untuk mengisi hariku, karena itu membuat semangatku membara. Aku butuh dirimu yang tidak terlalu banyak khawatir, aku bisa menjaga diri sayang."

Sejenak aku tersentak, aku kembali membaca pesan singkat di handphone-ku, kata-kata itu sama seperti yang Jemmy katakan. Ahhhh....aku sungguh bodoh dan terlalu kekanak-kanakan, dia bukannya membeciku atau menjauhiku, dia hanya ingin aku bahagia saat hatinya juga sedang bahagia. Dan seketika itu juga, aku mengetik beberapa rangkaian kata-kata untuknya, "Sayang, maafkan aku yaa, aku janji akan mulai tersenyum untukmu, selamat bersenang-senang di sana."