For All The Gorgeous People In The World

Welcome to my stories. Here I wanna share you all about the stories that I have. It depends on the situation, and it depends on the labels. It can be my own story, it can be like an unreal story, and it may be Your story here. Just enjoy reading it-----> It's absolutely just for fun, don't take it too serious, make it simple, easy, interesting and enjoying for you. Love -@novialuciana

Minggu, 14 Agustus 2011

A Hole in The Cold Winter Heart

Aku sedang terbaring lemah di singga sana tidurku. Tak henti-hentinya menitihkan air mata, sesekali menengok ke sudut kiri meja rias, mendesah, menghela nafas, dan kembali menangis. Foto itu sepertinya nampak begitu bahagia enam bulan yang lalu. Seperti aku sudah sangat siap menjadi Nyonya Andra Syahputra. Iyya...aku Regina, sembilan belas tahun dan sudah siap menikah dengan pacarku Andra Syahputra yang sudah menemaniku selama satu tahun. Memang sedikit gila karena di usiaku yan g masih sungguh belia dan dapat dikatan belasan, aku memutuskan untuk menikah dengan seseorang yang telah aku kenal selama setahun.

Enam bulan lalu, tepat di Auston Park Italia semua berawal dan berakhir...

"Sayang, temui aku di Auston Park pukul lima sore, ada yang harus aku bicarakan.."

"Okeyy, aku kesana lebih awal, aku akan bertemu dengan bibi Shila terlebih dahulu."kataku.

"Mau apa bertemu Mama?"kata Andra datar.

"Kenapa? Kan itu sudah biasa sayang, aku menunggumu di Auston Park dan sebelum aku menemuimu, aku mengunjungi bibi Shila terlebih dahulu."kataku.

"Emmm, Gina, tidak usah kesana, kau langsung menemuiku saja." klik...telepon terputus. Hatiku sungguh gusar, tak biasanya ia menyebut nama panggilanku dengan jelas seperti itu.

Aku berjalan santai menyusuri jalanan pohon mangroove, dedaunan mulai berguguran, musim dingin akan segera tiba. Aku mendekap erat seluruh badanku, memastikan bahwa coat yang terpakai dibadanku sudah menutupi seluruh tubuhku. Di sudut kanan ada beberapa orang sedang sibuk mempersiapkan foto pre-wedding, aku tersenyum kecil, aku juga seperti itu satu bulan yang lalu. Tak pernah menyangka aku mengambil langkah sungguh berani, aku meng-iyakan pinangan Andra terhadapku, aku sungguh mencintainya, menyanyanginya dengan setulus hati, dan sungguh ingin hidup dengannya sampai akhir nanti. Tuhan terimakasih karena kau mempertemukanku dengannya.

Aku melanjutkan lagi jalan panjangku, tidak terlalu melelahkan memang, jarak antara apartemenku dengan Auston Park ini cukup dekat namun aku terbiasa memutar balik arah untuk melewati hutan mangroove ini, sungguh indah. Aku cukup penasaran apa yang akan dikatakan oleh Andra, menurutku semua persiapan nikah kami sudah sangat rapih, sudah 90% dan Andra-pun tahu. Baju pengantin sudah beres, katering sudah siap,m tempat sudah siap untuk dipakai, hanya kurang undangan saja yang belum disebar, hmmmm, ada apa yahh? Pikirku dalam hati.

"Ginaaaaa...."teriak seseorang dari jalan seberang. Oh, tidak!! Aku melamun, aku tak tahu kalau aku sudah sampai dan Andra sudah menungguku, tunggu...tak biasanya ia yang menungguku.

"Yaaa sayang, ada apa, tumben sekali kau ingin bertemu, aku rasa kita baru akan bertemu lusa karena kau bilang kau cukup sibuk minggu-minggu ini."kataku.

"Ada yang ingin kubicarakan, apa suasana hatimu sedang bagus hari ini?"

"Aku?? Biasa saja, yaaa bahagia, mengapa?"

"Gina, maafkan aku, kita tidak bisa menikah."kata Andra datar tanpa melihat mataku.

"Ke...kee...kenapa? Apa karena undangan belum tersebar? atau kau tak dapat cuti? Tenang sayang, aku bisa mengusahakannya aku bisa mengirim kurir, tenang yaaa.."kataku shock dengan nada suara bergetar.

"Bukan itu Gina, tidak ada masalah sama sekali, hanya saja, mungkin kita sebaiknya berteman saja. Semua biaya kerugian sudah aku ganti lewat rekeningmu, dan sekali lagi tolong maafkan aku..."kata Andra melangkah mundur lalu kemudian pergi.

hatiku terkoyak drastis, tak percaya melihat apa yang sedang terjadi padaku, begitu mudahnya ia menyelesaikan semuanya dengan uang, dia hargai aku sebesar harga kerugian pernikahan yang batal terjadi, dia menghargai cintaku semurah itu, dan dia menilai cintaku seperti itu. Aku lemas, aku bersandar lesu di bangku taman, pandanganku kosong, hatiku serasa berlubang,  dan aku seperti tak tentu arah. Aku melihat ke atas langit, dan mereka tahu isi hatiku, saljupun mulai turun. Winter kali ini sungguh menusuk ulu hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar